top of page

6 dari 7 Puncak Tertinggi di Indonesia

1. Gunung Semeru (17 Mei 2014)


Pengalaman pertama naik gunung. Sebelum naik gunung: Olahraga (Lari pagi, Aerobik di kantor), ngumpulin peralatan naik gunung (Tas carrier, Sleeping bag, Matras, Headlamp, Jaket bawa dua, sarung tangan dua, kaos kaki dua, sepatunya belum sepatu khusus gunung tapi cukup bergerigi bawahnya jadi gak licin, sendal, celana kargo, kupluk, dan barang lainnya), Browsing tentang gunung (tentang treknya, cuacanya, apa yang boleh dan gak boleh dilakukan di gunung, cerita misterinya, penyebab banyaknya pendaki meninggal dan cara agar tidak mengalami hipotermia). Saat naik gunung: Bawa baju kebanyakan, pakai segala bawa parfum padahal gak dipakai, sebentar sebentar istirahat maklum masih pemula sangat, gak banyak foto karena belum punya kamera pribadi dan emang masih terpesona aja ngelihat pemandangan alam yang begitu indah untuk pertama kalinya jadi lebih menikmati secara langsung dengan mata sendiri dibanding mata lensa, sapa semua orang yang kita temui, pas tidur dinginnya bukan main padahal udah double banyak pakaiannya, makan harus makan walau kurang nafsu supaya ada tenaganya, buang air cari semak-semak lalu gali lubang pakai pisau tutup lubang haha. Setelah turun gunung: Badan pegal-pegal, gak bisa gerak dari tempat tidur seharian, muka hitam dan kulit terkelupas, dapat teman-teman baru, dapat pengalaman berharga dan banyak pelajaran hidup yang di dapatkan.




2. Gunung Rinjani (5 Mei 2016)


Sudah terlalu lama sendiri *ehh maksudnya sudah terlalu lama di gunung... sudah lumutan di gunung, logistiknya udah hampir habis, pesawatnya juga ketinggalan, tidak dapat porter karena udah kehabisan porter, semuanya diluar dari perencanaan. Targetnya 3 hari 2 malam naik Sembalun turun Senaru tapi ternyata 6 hari 5 malam naik dan turun Sembalun. Terkadang perjalanan tidak selalu sesuai dengan apa yang diharapkan, akan selalu ada banyak hal yang terjadi diluar dugaan, baik dari dalam diri sendiri maupun dari luar, baik dari manusia maupun dari alam. Di saat itulah kita akan diuji dan bagaimana cara kita menyikapinya. Kita tak boleh memaksakan kehendak diri sendiri, kita harus membuat keputusan bersama-sama dan kita harus keluar gunung ini bersama-sama. Mungkin kita sedikit kecewa tapi selalu ada banyak pelajaran yang bisa didapat dari setiap pendakian.




3. Gunung Kerinci (17 November 2016)


Rencana yang sudah ku siapkan selama sebulan ternyata hanya menjadi imajinasiku saja, ingin ada kue ulang tahun, ingin tiup lilin di puncak, ingin dinyanyiin Selamat Ulang Tahun, ingin di ucapin selamat sama teman-teman di puncak, ingin foto bersama teman-teman sambil memegang balon-balonku tapi semua hanya angan belaka karena keadaan yang tidak memungkinkan. Namun, setidaknya ada satu mimpi yang terwujud yaitu ingin berada di Puncak Kerinci saat hari ulang tahunku dan aku sangat bahagia sekali bisa berada di Atap Sumatera dengan balon-balon biruku. Meski tak punya banyak waktu berada di puncak karena asap dari kawahnya yang semakin menyebar maka kami harus segera turun. Hari itu adalah hari ulang tahunku, seharusnya hari ulang tahun dirayakan dengan sebuah pesta dan penuh kehangatan tapi aku justru memilih untuk melewatinya dengan cukup berat, kaki yang rasanya hampir copot saat turun gunung, udara dingin yang mulai menusuk badan, ingin menyerah saja saat turun apalagi langit sudah mulai gelap, jalur yang cukup terjal, tentu aku masih membawa carrierku yang semakin berat karena basah terkena hujan. Perjalanan turun selalu menjadi PR untukku, tapi aku bukanlah orang yang mudah menyerah, jatuh lagi bangkit lagi, aku harus tetap bergerak meski itu perlahan bahkan sangat perlahan, dengan tongkat dan kaki yang tertatih aku harus memupuk semangat di dalam diri. Aku harus turun, aku harus kembali, aku harus pulang.




4. Gunung Latimojong (27 Maret 2017)


Pendakian ke Gunung Latimojong merupakan salah satu impian saya, tetapi saya tidak menyangka impian itu akan terwujud secepat ini di tahun 2017. Semua bermula dari melihat postingan di Backpacker Indonesia yang mencari barengan ke Latimojong bulan Maret, kebetulan tanggalnya cocok dan akhirnya ikut gabung. Ada saja kejadian yang tidak diduga terjadi, disana celana yang saya pakai ini robek tengahnya dan saya harus ribet disepanjang jalan menuju puncak hingga turun ke tenda dengan memegang baju saya agar menutupi celana saya yang robek. Alhasil saya gak bisa berfoto dengan gaya petakilan pas dipuncak, hanya bisa gaya kalem-kalem aja. Celana ini sebelumnya udah pernah robek pas turun di Kerinci tapi saya pakai lagi setelah saya jahit sendiri tapi gak menyangka harus robek kembali mungkin karena jalurnya yang cukup terjal dan mesti beberapa kali dengkul ketemu jidat (padahal emang udah kegendutan >.<). But overall, saya bangga bisa sampai di titik ini, pertama kalinya saya menginjakkan kaki ke Pulau Sulawesi Indonesia dan menggapai puncak Rante Mario serta ke Tana Toraja. Ini termasuk pendakian terbaik saya meskipun pergi dengan orang-orang baru tapi semuanya berjalan sesuai dengan itinerary yang dibuat dan kartu UNO yang menyatukan kami di tenda, di warung, dan di kete kesu.




5. Gunung Bukit Raya (30 April 2018)


6 bulan lamanya gak naik gunung dan memutuskan untuk naik kembali ditahun 2018 ini yaitu ke Bukit Raya. Salah satu mimpi yang harusnya saya wujudkan di tahun 2017 kemarin tapi karena suatu hal maka tahun ini saya coba kembali. Saya mencoba mencari barengan lewat website BPI dengan membuat postingan disana. Lalu endingnya jadi juga ke Bukit Raya dengan terkumpulnya 6 orang seperti yang saya harapkan yaitu 2 orang dari yang comment di BPI, 1 orang teman waktu SMA dan dia ajak temannya 1 orang dan 1 lagi adalah orang yang gabung di detik-detik minggu terakhir kita mau berangkat (tanpa dia mungkin kita cuma berlima dan cost akan sangat tinggi). Thanks buat semuanya yg udah mau gabung di Share Cost Bukit Raya ini bareng saya. Disini saya kecewa sama diri sendiri bahkan sampai meneteskan air mata di gunung karena rasanya hampir menyerah, pengen turun aja, pengen nunggu dipos aja, gamau ngerepotin temen yang lain, gamau bikin temen2 yang lain nunggu tapi ini bukan gunung yang 2-3 hari selesai karena perjalanan masih jauh, masih ada berhari-hari lagi dan ga mungkin saya berhenti disini seorang diri hingga pacet-pacet mengerubungi tubuh ini. Saya harus ingat lagi jika lelah itu istirahat sebentar bukan menyerah. Mungkin karena selama 6 bulan ini saya kurang persiapan fisik dalam berolahraga sehingga kaki saya sulit sekali melangkah saat tanjakan, mental saya ciut setiap lihat tanjakan, setiap malam di camp saya selalu berusaha menyakini diri saya. Pendakian ini adalah pendakian terkacau saya karena semua itinerary berantakan akibat satu titik bergeser maka titik-titik lainnya harus bergeser juga serta fisik yang kurang siap. But, Puji Tuhan masih dikasih kesempatan untuk sampai di Puncak Kakam (Bukit Raya) bersama teman-teman semua dan turun dengan selamat. Rasanya bahagia banget bisa naik kapal klotok lagi hahaa saking kelamaannya di dalam gunung sampai terpaksa makan nasi pake bumbu royc* yang rasanya sangat luar biasa aneh (pertama kalinya makan begituan) dan bhay bhay pacet :P .


6. Gunung Binaiya (20 Agustus 2018)

Pendakian kali ini untuk sekian kalinya mengajarkan saya dan membuat saya akhirnya memahami bahwa "Perjalanan sejatinya memang terdapat suka dan duka. Kedua hal yang tak bisa dipisahkan namun tetap sama-sama bisa dinikmati". Di hari kedua pendakian dengkul kaki sebelah kanan saya kerobek kena batu tajam, awalnya perih apalagi pas jalan karena daerah dengkul/ lutut lebih aktif saat bergerak (sering menekuk) tapi mungkin karena udah sering luka-luka dikaki jadinya saya sudah lupa rasanya sakit saat mendaki, akhirnya pantyliner pun kepake juga saat darurat begini untuk saya pakai menutupi luka di dengkul dengan ditempel ke kain tenun ikat kepala lalu saya ikatkan ke dengkul saya, tapi peer emang klo didengkul karena bergerak terus maka akan membuat penutup lukanya terus bergeser. Lama kelamaan saya biarin deh lukanya ga tertutup dengan insting percaya semuanya tetap akan baik-baik saja, bahkan luka dikaki ga membuat semangat saya surut, saya tetap berjalan seperti biasanya meski agak sedikit ngilu dan merasakan adanya gerakan kulit yg melebar mengecil. Pelajaran paling penting dalam pendakian itu salah satunya "selalu bawa minummu sendiri" baik saat perjalanan hingga summit attack karena air adalah sumber kehidupan. Saat summit attack meski sudah berangkat dari jam 2 pagi WITA tapi ternyata dibalik bukit ada bukit lagi ada lagi ada lagi, rasanya semangat saya hampir diruntuhkan oleh pemandangan itu "puncak masih jauh ternyata bray" tak kirain itu sudah puncaknya. Keep calm and stay hiking... Thanks GOD akhirnya saya bisa berada di Puncak Gunung Binaiya sekitar jam 8an WITA dan menyelesaikan misi saya ditahun ini dan saya sangat teramat bersyukur buat penyertaan Tuhan disepanjang perjalanan saya naik turun gunung beberapa kali jatuh kepleset tapi tidak sampai jatuh tergeletak. Puji Tuhan kami semuanya 14 orang bisa sampai puncak Binaiya dan pulang dengan selamat. Saya berangkat bersama dengan teman-teman 10 orang dari Bangka, 2 orang dari Bogor dan 1 orang Jakarta. Total 14 orang dihitung dengan saya yang dari Jakarta. Senangnya saya bisa dipuncak bareng dengan Asoka Remadja dan timnya, bisa nyobain daun gatel yang rasanya bikin ngilu geli gimana gitu, nyobain makan sayur pakis, minum air kubangan, dan banyak cerita lainnya terjadi. Seperti yang saya katakan diawal, ada beberapa hal yang membuat saya sedikit kecewa tapi bukankah memang digunung kita akan mengetahui sifat-sifat dan tingkah laku sebenarnya setiap orang seperti apa. Semoga saja kita semua selalu bisa mengambil hikmah dan pelajaran dari setiap pendakian yang kita lakukan. Foto-foto bagus itu hanya bonus... dari gunung lanjut ke pantai ora... keliling kota Ambon dan nyebrang ke Pulau Pombo... Perjalanan panjang yang sangat berkesan yuhuuuu nyanyi dan joget2 :D


You Might Also Like:
bottom of page